Minggu, 18 Desember 2011

Contoh Laporan Asidi-alkalimetri

PERCOBAAN III

A.    JUDUL    : ASIDI-ALKALIMETRI

B.     TUJUAN :  Menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa     

  yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

C.    DASAR TEORI
Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada suatu reaksi kimia sepersamaan umum:
      aA              tT  produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui.             Untuk mengetahui penabahan titran dihentikan dapat dapat digunakan zat kimia yang disebut Indakator            yang tanggap terhadap adanya titran berlebih yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna.
Salah satu contoh metode analisis titrimetri adalah digunakan pada reaksi asam-basa. Tirasi asam basa merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasinya dari suatu larutan asam atau basa. Titrasi ini pada dasarnya merupakan reaksi penetralan dan biasa juga disebut aside-alkalimetri. Jika larutan bakunya adalah asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya adalah basa disebut alkalimetri. Dalam titrasi asam basa, jumlah relative asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan dengan perbandingan jumlah mol asam (H+) dan jumlah mol basa (OH-) yang bereaksi:
Misalanya:
      HCl + NaOH                 NaCl + H2
Reaksi ionnya:
      H3O+ + OH-                   H2O
            Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara  di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang kata, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
  • Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
o    Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2     
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :
1.      Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
     Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
     Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau
 V1 + N1 = V2 + N 2
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan  tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.
2.      Berdasarkan koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah mol
    Misalnya untuk reaksi :
       2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O
     (COOH)2 = 2 NaOH
Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :
               =      &   V1 M1 x 1 = V2 M 2  x 2
         Oleh sebab itu :  V Na Oh x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2s
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Larutan standar terbagi atas 2 yaitu larutan standar primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume tertentu, sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan standar lain yang telah ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer.
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Mudah didapat dalm keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti
2.      Harus stabil dan mudah ditimbang
3.      Berat ekivalennya harus besar
4.      Reaksinya harus sempurna
5.      Harganya relatif murah.
            Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).              
Suatu indicator dapat berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:
Ø  Metal jingga                   : merah pH 3,1 – pH 4,4 kuning
Ø  Brom timol biru             : kuning pH 6,0 – pH 7,6 biru
Ø  Fenolftalein                   : bening pH 6,0 – pH 9,6 merah

D.    ALAT dan BAHAN
Alat
  Buret                                     Labu Takar                                  Gelas Piala                         





   Labu Titrasi                                Pipet Ukur                                  Gelas Ukur





Bahan (Alkalimetri)                                                         Bahan (Asidimetri)
-          NaOH 0,1 N                                                               - HCl 0.1 N
-          Indikator PP                                                                - Indikator PP
E.     PROSEDUR KERJA
v  Alkalimetri
NaOH



                                                Memasukan kedalam buret
HCl



Memasukan kedalam labu erlen meyer    sebanyak 25 mL
Menambahkan indikator fenofltalein (PP)
Menitrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi perubahan warna
Menghentikan titrasi dan mencatat volume pada NaOH
Mengulangi lagi sebanyak 2 kali dan kemudian mencatat hasilnya
Terjadi perubahan warna dari bening manjadi ungu merah







F.     HASIL PENGAMATAN
v  Alkalimetri
Titrasi
Sampel HCl
Volume HCl
Volume NaOH
1
0,1 N
25 mL
29,9 mL
2
0,1 N
25 mL
26,6 mL

G.    PERSAMAAN REAKSI DAN PERHITUNGAN
*        Persamaan Reaksi
NaOH + HCl → NaCl + H2O
*        Perhitungan
Penentuan konsentrasi NaOH dalam larutan baku asam klorida (HCl)
Dik  :   V1 = 25 mL
            V2 = 28,25 mL
            N1 = 0,1 N
Dit  :    N2 ...?
Penye :
V1 N1  = V2 N2
            25 mL . 0,1 N = 28,25 mL . N2
                                2,5       = 28,25 mL . N2
                                N2        = 
                                    =  0,00885 N

H.    PEMBAHASAN
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam.Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya disebut titrasi. Dalam percobaan ini diperlukan larutan standar primer yaitu asam klorida (HCl), dimana larutan standar primer adalah larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutkan sampai volume tertentu. Dalam percobaan ini akan ditentukan konsentrasi NaOH menggunakan asam klorida (HCl) sebagai larutan standar primernya.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara  di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Buret yang telah dibersihkan, dibilas lagi dengan NaOH yang dipakai, kemudian NaOH dimasukkan kedalam buret tersebut sebanyak 50 mL. Lalu asam klorida dimasukkan kedalam erlen meyer sebanyak 25 mL dan ditetesi indiukator fenofltalein sebnyak tiga tetes, selanjutnya larutan yang terdapat pada labu erlen meyer ini dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna. Dalam percobaan ini penambahan indikator fenofltalein (PP) yaitu agar terjadi perubahan warna dimana kita bisa menghentikan titrasi, jika kita tidak menambahkan indikator fenofltalein (PP) ini kita tidak akan tahu kapan kita bisa menghentikan titrasi. Dari proses ini bisa ditentukan volume dan konsentrasi dari NaOH.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
  • Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
  • Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
I.       KESIMPULAN
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi  NaOH (basa kuat) dengan larutan baku asam oklorida (HCl). Reaksi netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna yang awalnya bening  menjadi abu-abu dengan menggunakan indikator Fenoftalein (PP). Persamaan reaksinya adalah :
NaOH + HCl → NaCl + H2O

J.      KEMUNGKINAN KESALAHAN
·         Kurang terampil dalam merangkai alat
·         Kurang teliti dalam mengamati perubahan warna
·         Kurang teliti dalam melihat skala

DAFTAR PUSTAKA
Lukum. Astin. 2OO9. Bahan Ajar Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo : UNG
Team Teaching.2009. Modul praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Kimia Analitik. Gorontalo : UNG.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar